Selasa, 11 Desember 2018

BIROKRASI : KONVENSIONAL DIERA DIGITAL

Nama : Syaril Alrasyid
Nim    : C1D6 16 0**
 
BIROKRASI : KONVENSIONAL DIERA DIGITAL

Saat ini kita memasuki era dimana teknologi telah berkembang sangat pesat yang pada awalnya manusia dalam aktivitas kesehariannya masih bersifat konvensional atau manual kini beransur-ansur mulai mempergunakan kecanggihan teknologi digital.
Fenomena digitalisasi ini berlaku pada segala aspek bidang kehidupan manusia. Sebut saja dari segi ekonomi-bisnis, ketika dulunya kita untuk melakukan aktivitas jual beli barang maupun jasa maka kita harus melakukannya ditempat-tempat tertentu seperti pasar baik yang masih tradisional maupun yang modern seperti minimarket atau mall. Namun kini dengan merambahnya pasar e-commerce dengan berbagai kemudahan akses yang ditawarkan ternyata dapat merubah paradigma masyarakat untuk beralih bertransaksi secara online.
Hal ini tentu saja tidak lain karena sistem berbasis online tersebut dianggap lebih efektif dan efisien dibanding jika dikerjakan secara konvensional.
Lalu bagaimana birokrasi kita menyesuaikan dengan perkembangan teknologi digital di Indonesia saat ini ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa citra birokrasi selama ini dianggap memiliki kinerja yang lamban dan sering menjadi topik keluhan masyarakat.
Masyarakat menghendaki sistem kerja yang efektif dan efisien dari birokrasi maka hendaknya ini menjadi pukulan telak bagi birokrasi untuk mulai berbenah dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
 Namun sayangnya birokrasi khususnya di level daerah terkesan tidak mengindahkan hal tersebut. Masih saja menggunakan sistem yang konvensional sehingga tertinggal jauh bahkan sampai birokrasi dibandingkan dengan organisasi swasta yang lebih maju dalam penerapan sistemnya.
Penulis merasa jika sumber daya manusia yang menjadi hambatan penerapan sistem digitalisasi pada birokrasi sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan alasan bagi birokrasi. Pasalnya dapat dikatakan mayoritas masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal dan aktif dalam dunia online internet. Terlebih lagi bagi kaum-kaum muda yang setiap tahunnya memenuhi jumlah kouta angkatan kerja baru di Indonesia.
Kaum muda saat ini yang bahkan punya sebutan sebagai generasi milenial dapat dikatakan mayoritas pada umumnya menguasai teknologi-teknologi terbaru dan punya daya saing yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya inovasi-inovasi terbaru dari kaum milenial.
Birokrasi yang tidak menerapkan sistem digitalisasi dengan baik dalam menunjang kinerjanya dapat dikatakan telah ketinggalan zaman padahal banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh birokrasi dalam pemanfaatan teknologi digital ini diantaranya pemangkasan anggaran menjadi sangat dimungkinkan karena aktivitas pemerintahan dapat berjalan lancar tanpa adanya batasan waktu dan tempat untuk para atasan birokrasi berkoordinasi dengan para pegawai pemerintahan.
Kemudian dari segi pelayanan publik, waktu pelayanan dapat diefisienkan sebaik mungkin sehingga masyarakat sebagai penerima layanan dapat merasa puas atas hasil yang diterimanya dan masih banyak lagi dampak positif lainnya dimana ini juga dapat menunjang perbaikan citra birokrasi dimasyarakat.
Seperti kita ketahui, masyarakat menginginkan suatu sistem manajemen pemerintahan yang bersifat bottom-up dimana pemerintah tidak secara semena-mena mengeluarkan suatu kebijakan tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat itu sendiri. Dengan penerapan digitalisasi dalam sistem informasi birokrasi pemerintahan maka dapat membuka jalan bagi suatu pemerintahan yang transparan dan responsif terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Masyarakat juga memiliki akses yang luas untuk menyatakan pendapatnya dan aspirasinya kepada pemerintah sehingga stakeholder pun mulai terbangun.
DiSulawesi tenggara sendiri, pada beberapa instansi sudah mulai menerapkan sistem digital dalam aktivitasnya seperti BKD Sulawesi Tenggara dengan sistem informasi simponi bahteramasnya yang dilatarbelakangi susahnya pengelolaan data-data kepegawaian jika terus-menerus dikerjakan secara manual.
Namun bagaimana dengan birokrasi pemerintah level dibawahnya seperti kabupaten dan desa/kelurahan ? Ternyata penggunaan teknologi digital pada pemerintah level ini masih sangat minim. Dimana penggunaan teknologi digital masih sebatas penggunaan media sosial seperti whatsapp sebagai bentuk komunikasi dalam rangka koordinasi antara kepala desa/kelurahan kepada kepala RT/RW setempat.
Bahkan pada beberapa official website kabupaten yang pernah penulis kunjungi ternyata tidak dikelola dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan minimnya informasi yang tersaji didalamnya. Bahkan lagi-lagi malah pihak eksternal seperti pers yang berperan sentral menyajikan informasi kepada publik.
Pertanyaan yang penting adalah sampai kapan fenomena ini berlangsung didepan mata kita ? kapan birokrasi kita sadar akan ketertinggalan mereka dari manfaat besar hasil teknologi digital ?
Sebenarnya kampanye mengenai penerapan teknologi digital dalam birokrasi sudah lama digencarkan dan menanggapi hal ini bahkan Menpan mengeluarkan kebijakan program revolusi birokrasi namun menjadi suatu tanda tanya besar tentang kenapa birokrasi kita belum juga berbenah diri.